Kolak Ayam

A. Sejarah Berdirinya Masjid Gumeno

Asal kata Gumeno berasal dari Bahasa Arab Qumna yang artinya golonganku. Menurut riwayat lain dari Bahasa Jawa Digegem Ga Ono yang artinya dipegang tidak ada. Sebenarnya ada sebuah buku yang menceritakan tentang Gumeno.


Di malam Jum’at Sunan Dalem bermimpi bertemu ayahnya serta dikatakan bahwa jika Adipati Sengguruh hendak mendatangi Giri sebaiknya menyingkirlah kamu beserta keluarga dan pegawalmu semua. Pada saat Adipati Sengguruh sampai di Giri, Sunan Dalem telah mengungsi ke Dusun Gumeno.

Sunan Dalem mengungsi ke Gumeno dikarenakan juga sudah mendapat kabar bahwa di Gumeno ada pemuda sakti mandraguna yang bernama Kidang Palih (Macan gedhe yang sakti). Menurut suatu riwayat Kidang Palih juga kebal terhadap berbagai senjata tajam seperti; pedang, tombak, keris dan sebagainya. Akan tetapi setiap kekuatan pasti punya pengapesan/kelemahan dan kekuatan Kidang Palih akan hilang jika Wulu Sumbu-nya (bulu di jempol kaki) dicabut pada malam Jum’at Legi.

Karena pada saat itu belum ada masjid untuk melaksanakan sholat jum’at, maka Sunan Dalem mendirikan masjid yang kemudian kita kenal saat ini dengan nama Masjid Jami’ Sunan Dalem. Masjid tersebut didirikan tepat 1461 S / 1539 M / 946 H. Dengan kekaromahan Sunan Dalem maka masjid tersebut dibangun dengan cepat (menurut satu riwayat tidak lebih dari 1 malam).

Kondisi awal masjid di Dusun Gumeno (Masjid Jami’ Sunan Dalem) yang didirikan oleh Sunan Dalem adalah sebagai berikut; Puncak tiangnya yaitu 21 kaki, tiang penanggap pancang 12 kaki dan tiang pelebaran cuma 5 kaki.
Pada mulanya tidak banyak penduduk di sekitar masjid. Mereka berdatangan dari Sipunar dan Tanggulrejo karena melihat sinar yang tiba-tiba terpancar dari Masjid Gumeno tersebut. Mereka semua kaget karena sebelumnya tidak ada masjid di tempat itu.
Beberapa peninggalan Sunan Dalem yang sampai saat ini masih ada, diantaranya:
1. Menara masjid, konon berasal dari tanah liat asli
2. Mimbar, merupakan hadiah dari Sunan Prapen
3. Tongkat untuk khatib yang didalamnya berisi tombak
4. Dua buah rekan (tempat untuk membaca Alquran)
5. Dua buah tangga bambu
6. Kolam di sebelah timur masjid

B. Asal Mula Kolak Ayam

1. Riwayat pertama
Suatu Ketika Sunan Dalem agak merasa kurang sehat badannya. Kemudian beliau memerintahkan kepada masyarakat agar mengusahakan obat supaya sakit beliau bisa sembuh.
Setelah sebagian penduduk mencarikan obat kesana kemari, mereka tidak dapat menemukan obat atau orang yang bisa menyembuhkan Sunan Dalem. Di tengah kebingungan masyarakat tersebut, Sunan Dalem mendapat petujuk dari Allah SWT lewat mimpi agar membuat suatu masakan untuk obat. Esok harinya Sunan Dalem memerintahkan semua penduduk supaya membawa seekor ayam jago dengan syarat masih berumur sekitar satu tahun atau jago lancur ke Masjid. Setelah penduduk mendengar perintah beliau, maka segeralah semua penduduk membawa seekor ayam jago untuk dimasak dengan santan kelapa, jinten dan bawang daun. Setelah memakan Kolak Ayam atau Sanggring akhirnya Sunan Dalem diberi kesembuhan oleh Allah.


2. Riwayat kedua
Pada waktu penduduk Gumeno bergotong-royong dalam pembuatan kolam di sebelah timur masjid, Sunan Dalem memerintahkan membuat Kolak Ayam yang menurut beliau dapat digunakan sebagai jamu untuk mengganti tenaga para penduduk yang telah bekerja membuat kolam tersebut. Karena penduduk yang membantu pembuatan kolam tersebut cukup banyak, beliau takut daging ayam yang dipakai tidak cukup sehingga beliau memerintahkan untuk menyuwar-nyuwir daging ayam tersebut. Asal mula kata Kolak Ayam berasal dari Kholaqul Ayyam (mencari berhari-hari). Sunan Dalem mencari nama untuk jamu tersebut, tetapi karena telah berhari-hari belum menemukan nama yang cocok akhirnya lama kelamaan dinamakan dengan nama tersebut.
Proses memasak Kolak Ayam pertama kali pada masa Sunan Dalem tersebut terjadi tepat pada tanggal 22 Ramadlan tepatnya di Tahun 1451 M

Memasak Kolak Ayam :
Komposisi bumbu (untuk ayam 1 ekor) :
  • 2 kg bawang daun
  • 2 kg gula merah (gula jawa)
  • 1 ons jinten
  • 2 buah kelapa

Cara Memasak:
Gula merah dimasak sampai kental kemudian disaring. Ayam kampung dimasak kemudian disuwir-suwir (hanya diambil dagingnya). Kelapa diparut lalu diambil santannya. Jinten digoreng tanpa minyak lalu dihaluskan dengan cara ditumbuk supaya rasa dan keharumannya tidak hilang. Bawang daun dipotong-potong (+ 3 cm).
Ayam kampung yang telah disuwir-suwir dicampur dengan potongan bawang daun lalu dimasak dengan air di dalam kuali besar dan menggunakan perapian dari kayu bakar. Lalu santan kelapa dimasukkan ke dalam kuali tersebut. Setelah mendidih adonan gula merah dimasukkan. Sebagai penyedap, jinten yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam masakan kolak tersebut. Jumlah dan kualitas jinten akan sangat mempengaruhi rasa dan aroma masakan sehingga semakin banyak dan semakin bagus kualitas jinten, maka kolak tersebut akan semakin enak. Kolak ayam tersebut dapat dinikmati bersama nasi ketan.
Semua proses tersebut semua dilakukan oleh laki-laki.


Foto Lengkap Kolak Ayam dapat di lihat

di sini

Bagaimana kita menentukan arah kiblat?

Cara yang sedikit rumit adalah dengan menggunakan kompas dan pengetahuan tentang ilmu geografi. Kota Makkah berada pada koordinat 21° 25' 24" N, 39° 49' 24" E. Di mana pun kita berada, maka tinggal membuat garis lurus terdekat antara posisi kita dengan kota Makkah. Dari situ, kita akan tahu arah kiblat dengan tepat.

Di masa sekarang ini, bisa kita gunakan beragam alat seperti kompas, GPS dan lainnya. Tapi masih membutuhkan alat dan ilmu untuk hal itu.

Cara Lebih Mudah


Secara yang lebih mudah dan sederhana adalah dengan melihat matahari saat tepat berada di atas kota Makkah. Setiap tahun ada dua kali kesempatan kita untuk mengetahui arah kiblat dengan cara ini,bisa dilakukan dengan sederhana dan tanpa menggunakan alat ukur apapun.

Para ahli astronomi telah menghitung perputaran bumi dan telah memastikan bahwa semua tempat di muka bumi yang berada di antara 22 1/2 derajat lintang Utara dan 22 1/2 lintang Selatan pasti akan dilewati oleh matahari, dua kali setahun. Meski hanya dalam bilangan menit saja.

Kota Makkah pun mengalami saat-saat di mana matahari akan tepat berada di atasnya, dua kali dalam setahun. Yaitu pada tanggal 26 sampai 30 Mei untuk yang pertama dan tanggal 14 s/d 18 Juli untuk yang kedua. Kejadian ini akan tetap terus berlangsung tiap tahun sepanjang masa untuk tanggal-tanggal yang sama.

Bila pada detik-detik matahari sedang berada tepat di atas kota Makkah, maka semua orang yang tinggal di berbagai belahan bumi lainnya yang masih bisa melihat matahari, akan dengan mudah bisa menetapkan posisi kota Makkah. Yaitu cukup dengan melihat posisi matahari berada, karena tepat di bawahnya terletak kota Makkah.

Pada kejadian itu tentu saja Makkah sedang berada dalam posisi tengah hari, kira-kira jam 12.18 di bulan Mei atau jam 12.27 di bulan Juli. Tetapi bagi wilayah lain, boleh jadi ada perbedaan jam. Atau kalau kita gunakan standar GTM berarti jam 09.18 dan jam 09.27.

Khusus untuk waktu Indonesia bagian barat, detik-detik matahari tepat berada di kota Makkah pada tanggal 26 sampai 30 Mei pada jam 16.18 WIB. Sedangkan pada tanggal 14 sampai 18 Juli pada jam 16.27 WIB.

Rentang waktunya hanya sekitar lima menit saja, begitu waktu bergerak lagi, maka posisi matahari akan bergeser lagi, tidak lagi ada di atas kota Makkah.

Buat Negeri yang Berlawanan Siangnya dengan Makkah

Khusus untuk negeri yang berlawanan siang dan malam dengan kota Makkah, sudah dihitungkan dengan lawannya. Yaitu posisi matahari yang tepat berada di balik bumi yang berlawanan dengan kota Makkah. Yaitu setiap tahun pada 28 November 21:09 UT (29 November 04:09 WIB) dan 16 Januari 21:29 UT (17 Januari 04:29 WIB).

Cara ini bisa lebih pasti, murah, sederhana dan ilmiyah. Tapi kekurangannya, hanya bisa dilakukan pada tanggal tertentu saja. Dan kalau kebetulan pas detik-detik itu langit mendung atau cuaca buruk sehingga membuat matahari jadi tidak terlihat, pengukuran tidak bisa dilakukan.

Cara ini sangat mengandalkan matahari sebagai petunjuk posisi kota Makkah. Begitu matahari terhalang sesuatu, maka cara ini tidak bisa digunakan.

Sumber: www.eramuslim.com

;;
 
Template by: Abdul Munir | Blog Layout4all